Friendster is Back?

-


IS FRIENDSTER REALLY BACK?

Salah satu pionir jejaring sosial yang sempat populer di Asia (termasuk Indonesia) satu dekade lalu tiba-tiba kembali mucul dengan domain baru Friendster.id. Jika diterlusuri, sepertinya ini bukanlah 100% FS (nama beken Friendster) yang dulu.

Nama boleh sama. Namun nyatanya, jejaring sosial ini adalah hasil karya anak bangsa yang pandai mengambil peluang ditutupnya layanan FS Asli pertengahan tahun lalu. Seperti ingin mengembalikan kejayaan FS yang pernah menguasai sebagian besar wilayah Asia, Friendster.id memberikan fitur yang sangat kekinian, gabungan antara fitur lama FS dan juga situ jejaring sosial sejenis saat ini. Dengan tampilan yang hampir mirip dengan Facebook, 'Friendster baru' sama-sama memiliki warna tema biru. namun, ada satu fitur yang lumayan keren. Di Friendster.id ini kita akan mendapat notifikasi apabila ada seseorang yang mengunjungi profil kita. Seperti Deja Vu kan? Dulu, fitur ini adalah yang membuat FS di sukai penggunanya. Dengan begitu kita bisa tahu jika 'gebetan' kita penasaran dengan  kita.

Tampilan Friendster baru ini lumayan simple dan menarik. Sangat modern, tanpa meninggalkan jati diri FS yang lama. Apalagi, saat mendaftar, kita tak direpotkan dengan banyaknya kolom yang harus diisi. Ditambah lagi ada banyak pilihan mendaftar dengan akun sosial media terkenal seperti FB, Twitter, dan Instagram. Hanya perlu mengisi nama, user id (macam Twitter), dan password. Jadilah akun Friendster kita! Tapi jika kalian berharap bisa log in dengan akun FS lama dan mendapati postingan dan foto-foto lama anda muncul lagi, bersiaplah untuk kecewa, karena situs Friendster.id ini sama sekali tak berafiliasi dengan Friendster.com.

Apapun bentuknya, usaha untuk menghidupkan lagi raksasa media sosial yang sempat mati suri ini patutlah di apresiasi, apalagi ini merupakan karya anak bangsa...

Pengen buat akun di Friendster.id? Ini Linknya... FRIENDSTER.ID


WELCOME BACK FRIENDSTER...

Postingan populer dari blog ini

So, Do 'You Think' You Can Tame GG's 'Lion Heart'?

-
Gambar
Cover album ke-5 versi "LION HEART" yang bergaya retro What am I supposed to say, really? Dengan hengkangnya Jessica (atau mungkin dikeluarkan) dari SNSD, membuat banyak orang bertanya-tanya, "Will they survive?". Sebagai salah satu penggemar setia mereka ( saya pemilik blog fansite Girls Generation, snsday.net ) saya tak meragukan eksistensi mereka di industri musik K-POP; apalagi, perjuangan mereka hingga mendapat title Nation Girl Group di Korea sana sangatlah tidak mudah (masih ingat Dark Ocean 2008?). Namun jika dibandingkan 'tsunami 2014' (saat SNSD ditinggal Jessica), semua 'naik-turun' yang telah mereka hadapi selama ini hanyalah sebatas 'gelombang pasang' saja. Saya sedikit khawatir, akankah mereka bisa melewati ini dan tetap menjadi group terpandang di K-POP. Bulan April 2015, SNSD mencoba memperkenalkan formasi baru ber-8 setelah hengkanya Jessica dengan merilis Single Jepang " Catch Me If You Can ", sebu
Baca selengkapnya

Pendidikan Untuk Semua Kalangan

-
Gambar
Hari ini, 2 Mei, seperti tahun-tahun sebelumnya kita memperingati Hari Pendidikan Nasional. Iseng-iseng saya masuk ke laman Google berharap menemukan doodle spesial seperti yang biasa kita temui saat dunia memperingati hari-hari besar di seluruh dunia. Dan saya menemukan Google doodle yang memasang gambar Ki Hajar Dewantara yang sedang membawa buku berwarna kuning. Ki Hajar Dewantara memang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia dimana beliau memandang pendidikan sebagai alat kita memanusiakan manusia yang artinya dengan pendidikan manusia bisa . Pertanyaannya, sudahkah mimpi besar itu terwujud?
Baca selengkapnya

Catatan Di Tanah Pengabdian

-
Gambar
Sabtu, 13 Oktober 2012 Sebuah pengalaman menakjubkan yang mungkin takkan pernah aku bayangkan, kini telah menunggu kedatanganku. Hari itu, aku bersama dengan 100 sarjana muda lainnya yang tergabung dalam program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal, disebar di berbagai pelosok wilayah pedalaman kabupaten Manggarai untuk berbagi ilmu serta belajar menjadi seorang pendidik bagi siswa maupun bagi lingkungan sekitar. Setelah beberapa hari menikmati segala fasilitas perkotaan untuk terakhir kalinya di kota Ruteng, kini aku harus bersiap diri untuk menghadapi tantangan yang telah menungguku di luar sana untuk bisa membaur dalam masyarakat pedalaman Manggarai. “Mama, nia Pagal?” seorang anak kecil duduk di samping ku dalam sebuah angkutan pedesaan bernama bemo dengan gelisah merengek kepada ibunya dalam bahasa Manggarai, ingin segera sampai di rumah, di Pagal, sebuah desa di sebelah utara Ruteng, ibukota kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, lokasi yang akan
Baca selengkapnya